PERJUANGAN TANPA LELAH BERBUAH MANIS.
Menghadapi tim unggulan UEA yang notabene yang pernah menjadi juara Asia, timnas Garuda Muda tidak gentar, hanya satu kata syaratnya harus menang apabila ingin lolos melaju ke babak berikutnya, dikarenakan pertandingan sebelumnya telah menelan kekalhan dramatais dari Timnas U-19 Qatar, dengan Skor 5-6, menengok dari pengalaman saat melawan Qatar, mestinya para pemain bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan mendasar, padahal secara teknis para pemain kita tidaklah kalah dengan para pemain Qatar, hanya sepertinya sedikit nervous lebih -lebih saat terjadinya goal akibat kesalahan fatal central bek Nurhidayat, untung saja saat babak ke 2 saat itu dengan semangat juang tinggi Tim Garuda bangkit dengan masuknya Toddferre benar-benar bisa mengbah permainan sehingga mampu mempertipis kedudukan yang mana bisa melesakan 4 goal sehingga bisa mempertipis kedudukan yang sebelumnya saat ketinggalan 1-6 para pemain Qatar melakukan celebrasi penghinaan di sudut lapangan dengan memasukan tangan ssebelah, sambil melaukan hormat penonton seolah-olah menghina Timans Indonesia sudah buntung, namun justru itu bisa melecut semangat juang anak-anak muda bangsa untuk bisa mnegejar ketinggalan yang sangat fantastis, dan dengan bisa melesakan 5 buah goal ternyata ini membawa keberuntungan tersendiri, bahkan sangking paniknya para pemain Qatar, sampai merambah ke sang pelatih sehingga diluar kesadaranya samapai masuk ke tengah Lapangan saat Lutfy khamal akan mengambil tendangan bebas di menit-menit terakhir, mestinya pelatih ini mendapat warning dari AFC maupun FIFA karena tindakan yang tidak sportif.
TONTON VIDEO INI : KELEMAHAN PARA PEMAIN BOLA INDONESIA
Dalam babak penentuan melawan UEA ternyata semangat juang para pemain kita masih membara, terbukti saat dari menit-menit awal para pemain terus bergrak , berlalri tanpa mengenal lelah untuk mengejar bola, yang di motori oleh Witan Sulaiman, Egy dan saddil, para pemain UEA seperti kebingungan dan panik, padahal sebelum pertandingan pelatih UEA sempat memandang enteng tim Garuda Muda, terutama Striker Utamanya sangat over confidence mengatakan akan bisa mencetak Goal sebanyak-banyaknya ke gawang Indonesia, namun justru sebaliknya para pemain UEA dibuat bingung melihat permianan cepat garuda muda, terbukti tealh terjadi kesalahan kontrol bola oleh pemain belakan UEA yang sempat dicuri oleh Witan Sulaiman dan melaukan solo run yang tidak mampu dikejar oleh para pemain belakang dan mampu melesakan goal dengan menaklukan penjaga gawang pada menit ke 23 sehingga merubah kedudukan 1-0 untuk Indonesia, memang permainan Witan Sulaiman saat itu sangat menonjol. mobilitasnya sangat tinggi, mampu mengisi ruang di semua lini, ini tidak nampak saat bermain melawan Qatar, mungkin disebabkan cidera di menit- mneit terakhir saat melawan Taiwan sebelumnya.
PAda menit ke 53 terjadi bencana buat Timnas di mana saat central bek Nurhidayat mencoba menghalau bola atas serangan Striker UEA justru membuahkan kartu kuning ke 2 yang mana sebelumnya di babak 1 sudah mendapatkan kartu kuning, tapi sangat disayangkan keputusn si pengadil Lapangan, mestinya di babak ke 2 sebelumnya Nurhidayat belum melakukan pelanggaran, seharusnya cukup diberikan peringatan namun keputusan wasit lain, dengan demikian Indonesia hanya bermain 10 orang dan dengan selisih jumlah pemain sangta di manfaatkan oleh para pemain UEA untuk membombardir pertahanan lawan, untung saja strategi pergantian pemain yang diambil oleh Coach Indra Safri sangat Tepat, mengisi pemain belakang dengan mengganti Saddil dan memasukan Indra, ini membuat lini pertahanan tenang dan memapu mengitersp semua serangan lawan.
Dengan masuknya Todferre di babak ke 2 juag memberi warna baru, bahkan dalam melakukan serangan balik dengan kecepatanya mampu membuat kocar-kacir pertahanan lawan, bahkan dengan beraninya melakukan akselerasi di kotak pinalty pertahanan lawan dia sempat didorong dari belakang oleh bek UEA sang kapten, pada menit ke 76, mestinya ini sebuah pelanggaran dan harusnya kita mendapat hadiah tendangan pinalty, namun sayangnya sang pengadil lapangan tidak memberikan, ada beberapa hal yang menjadi catatan bahwa sepertinya sang wasit sedikit berpihak ke UEA, terbukati juga saat masa perpanjangan waktu mestinya hanya 7 menit bahkan samapai 8 menit seolah-olah ingin memberikan kesempatan untuk para pemain UEA melakukan goal balasan.
Ada kejadian lucu saat measuki injury time si mungil Toddfere beracting bak pemain sandiwara berkelas sebagaimana para pemain Timur Tengah yang suka bersandiwara suka menjatuhkan diri apabila sudah unggul untuk mengulur-ngulur waktu, rupanya si ungil juga bisa melaukan sehingga pemain belakang lawan gemas.
Untuk menghadapai Jepang di perempat Final saya sangat setuju dengan prinsip coach Indra Safri, bahwa "TIDAK MENGAGUNGKAN TIM LAWAN "....walaupun secara sejarah Tim Jepang pernah menjadi juara Dunia , bagi Coach itu bukan sebuah tolok ukur dan bukan sesuatu yang menakutkan, mereka juga manusia , kita juga manusia semua memiliki kesempatan sama untuk mengalahkan, kita pupuk semangat juang, kumpulkan semangat keis dan bambu runcing untuk mengalahkan penjajah, kumpulakan kekeuatan untuk menaklukan jepang dengan doa, dukungan dan semangat pemain yang harus selalu berlari untuk mengejar lawan, mengajar bola.
Dalam babak penentuan melawan UEA ternyata semangat juang para pemain kita masih membara, terbukti saat dari menit-menit awal para pemain terus bergrak , berlalri tanpa mengenal lelah untuk mengejar bola, yang di motori oleh Witan Sulaiman, Egy dan saddil, para pemain UEA seperti kebingungan dan panik, padahal sebelum pertandingan pelatih UEA sempat memandang enteng tim Garuda Muda, terutama Striker Utamanya sangat over confidence mengatakan akan bisa mencetak Goal sebanyak-banyaknya ke gawang Indonesia, namun justru sebaliknya para pemain UEA dibuat bingung melihat permianan cepat garuda muda, terbukti tealh terjadi kesalahan kontrol bola oleh pemain belakan UEA yang sempat dicuri oleh Witan Sulaiman dan melaukan solo run yang tidak mampu dikejar oleh para pemain belakang dan mampu melesakan goal dengan menaklukan penjaga gawang pada menit ke 23 sehingga merubah kedudukan 1-0 untuk Indonesia, memang permainan Witan Sulaiman saat itu sangat menonjol. mobilitasnya sangat tinggi, mampu mengisi ruang di semua lini, ini tidak nampak saat bermain melawan Qatar, mungkin disebabkan cidera di menit- mneit terakhir saat melawan Taiwan sebelumnya.
PAda menit ke 53 terjadi bencana buat Timnas di mana saat central bek Nurhidayat mencoba menghalau bola atas serangan Striker UEA justru membuahkan kartu kuning ke 2 yang mana sebelumnya di babak 1 sudah mendapatkan kartu kuning, tapi sangat disayangkan keputusn si pengadil Lapangan, mestinya di babak ke 2 sebelumnya Nurhidayat belum melakukan pelanggaran, seharusnya cukup diberikan peringatan namun keputusan wasit lain, dengan demikian Indonesia hanya bermain 10 orang dan dengan selisih jumlah pemain sangta di manfaatkan oleh para pemain UEA untuk membombardir pertahanan lawan, untung saja strategi pergantian pemain yang diambil oleh Coach Indra Safri sangat Tepat, mengisi pemain belakang dengan mengganti Saddil dan memasukan Indra, ini membuat lini pertahanan tenang dan memapu mengitersp semua serangan lawan.
Dengan masuknya Todferre di babak ke 2 juag memberi warna baru, bahkan dalam melakukan serangan balik dengan kecepatanya mampu membuat kocar-kacir pertahanan lawan, bahkan dengan beraninya melakukan akselerasi di kotak pinalty pertahanan lawan dia sempat didorong dari belakang oleh bek UEA sang kapten, pada menit ke 76, mestinya ini sebuah pelanggaran dan harusnya kita mendapat hadiah tendangan pinalty, namun sayangnya sang pengadil lapangan tidak memberikan, ada beberapa hal yang menjadi catatan bahwa sepertinya sang wasit sedikit berpihak ke UEA, terbukati juga saat masa perpanjangan waktu mestinya hanya 7 menit bahkan samapai 8 menit seolah-olah ingin memberikan kesempatan untuk para pemain UEA melakukan goal balasan.
Ada kejadian lucu saat measuki injury time si mungil Toddfere beracting bak pemain sandiwara berkelas sebagaimana para pemain Timur Tengah yang suka bersandiwara suka menjatuhkan diri apabila sudah unggul untuk mengulur-ngulur waktu, rupanya si ungil juga bisa melaukan sehingga pemain belakang lawan gemas.
Untuk menghadapai Jepang di perempat Final saya sangat setuju dengan prinsip coach Indra Safri, bahwa "TIDAK MENGAGUNGKAN TIM LAWAN "....walaupun secara sejarah Tim Jepang pernah menjadi juara Dunia , bagi Coach itu bukan sebuah tolok ukur dan bukan sesuatu yang menakutkan, mereka juga manusia , kita juga manusia semua memiliki kesempatan sama untuk mengalahkan, kita pupuk semangat juang, kumpulkan semangat keis dan bambu runcing untuk mengalahkan penjajah, kumpulakan kekeuatan untuk menaklukan jepang dengan doa, dukungan dan semangat pemain yang harus selalu berlari untuk mengejar lawan, mengajar bola.