SEPAK BOLA INDONESIA
MENGAPA TIDAK PERNAH BISA MAJU DAN BERPRESTASI ?
Berapa tahun Indonesia telah merdeka ? bayangkan dari tahun
1945 sampai sekarang tahun 2016 berarti sudah 71 tahun merdeka, kalau itu umur
manusia sudah termasuk Udzur bahkan yang standart umur kalau hanya kisaran 60-
70 berarti sudah kelewat umur, akan tetapi mengapa Sepak Bola Indonesia tidak
bisa berbicara banyak dikancah Dunia ? jangankan level dunia, level asia tenggara
saja terseok-seok, ada apa dan dimana
letak kesalahanya ?padahal Sepak bola adalah merupakan permainan atau olah raga yang sangat digemari oleh mayoritas masyarakat Indonesia, bahkan merupakan olah raga terfavorit.
Kita tengok sejarah, dahoeloe kala katanya sepak bola
Indonesia pernah muncer di Asia yang mana pernah kalah di Final dengan undian
koin melawan sepak bola Uni Sovyet..... tapi itu doeloe... tinggal kenangan
yangs eolah-olah menghibur, namun kini apa ? sepertinya segala macam cara telah
di coba namun selalu saja belum berhasil , baik dengan cara menggunakan pelatih
luar negeri, bahkan sampai proses naturalisasi warga asing yang merupakan
keturunan Indonesia yang telah lama dan nikah dengan orang luar negeri, namun
hasilnya pun belum memuaskan.
Bahkan berbagi program telah dijalankan dengan mengirim para pemain untuk berlatih ke luar negeri seperti program primavera, SAD dll, namun nyatanya tetap saja belum mebuahkan hasil.
Bahkan berbagi program telah dijalankan dengan mengirim para pemain untuk berlatih ke luar negeri seperti program primavera, SAD dll, namun nyatanya tetap saja belum mebuahkan hasil.
Ada beberapa faktor penyebab kegagalan tersebut menurut
pengamatan kami :
1.
Sepak Bola Indonesia dicampuri unsur Politik.
2.
Prasarana yang tidak memadai
3.
Cara pembinaan yang salah.
4.
Postur tubuh para pemain indonesia tidak ideal.
5.
Pola makan para pemain tidak memenuhi standart
Gizi seperti Eropa.
6.
Pendanaan
7.
Mental pemain maupun pelatih kurang bagus.
Mari kita kupas satu persatu dan bagaimana solusinya.
1. Sudah diketahui oleh masyarkat bahwa para Politikus untuk merebut hati calon pendukung demi kepentingan pribadi maupun partainya suka menunggangi klub, pemain sepak bola, karena di Indonesia Sepak bola adalah olah raga kerakyatan yang memiliki pendukung sangat banyak, merupakan olah raga hiburan yang melibatkan banyak orang terutama penonton, maka tak segan-segan para politikus memnfaatkan ini, sehingga ini akan memecah fokus baik pemain maupun pelatih.
1. Sudah diketahui oleh masyarkat bahwa para Politikus untuk merebut hati calon pendukung demi kepentingan pribadi maupun partainya suka menunggangi klub, pemain sepak bola, karena di Indonesia Sepak bola adalah olah raga kerakyatan yang memiliki pendukung sangat banyak, merupakan olah raga hiburan yang melibatkan banyak orang terutama penonton, maka tak segan-segan para politikus memnfaatkan ini, sehingga ini akan memecah fokus baik pemain maupun pelatih.
SOULUSInya : Jauhkan Olah Raga dari
kepentingan Politik.
2.
Prasarana Yang tidak memadai, padahal Indonesai
itu mempunyai banyak lahan, juga banyak orang pintar dalam sisi pembangunan,
seharusnya untuk membangun lapangan sepak bola tentunya tidaklah kesulitan
mengenai lahan dan lapangan tidak asal Lapangan, karena kenyataan lapangan –
lapangan sepak bola yang ada tidak memenuhi standart, hanya asal-asalan, juga tidak dilengkapi prasarana Gymn untuk
menunjang kebugaran Fisik pemain.seandainya para politikus tidak rakus untuk
merayah proyek, mestinya dana untuk membangun sebuah Lapangann yang bonafit
kita mampu.
SOLUSI nya :
5. Menyambung poin di atas bahwa dimungkinkan Postur tubuh orang Indonesia disamping faktor genetika diperparah dengan faktor nilai Gizi dari makanan yang dikonsumsi, mungkin karena unsur kultur yang sekian lama telah terkungkung dalam penjajahan, sehingga makan seadanya, tidak terkontrol masalah asupan nilai Gizi dalam tubuh.
setiap Provinsi atau setiap Klub yang
ada di Indonesia diwajibkan mempunyai
Stadion yang memadai baik sarana dan prasarananya,di harus standart Eropa juga
dilakukan audit oleh PSSI, apabila Klub
tidak memiliki Stadion sendiri tidak boleh mendirikan Klub.
3 3.
Mengapa sudah menggunakan pelatih asing masih
saja mlempem ? walaupun pelatih Asing namun belum tentu bisa meningkatkan
kualitas, karena cara melakukan pelatiha dan menu latihan pastilah berbeda
dengan cara melatih pemain-pemain eropa, ini mungkin karena prasarana untuk
latihan tidaklah memadai, jadi pelatih asingpun cara melatihnya hanya dengan
ala kadarnya, dan hal yang tidak kalah parah mereka pelatih mengumpulkan dan
memilih pemain dengan sistem dadakan dan titipan, para pemain dikumpulkan
dnegan waktu yang mepet saat pertandingan Internasional akan di gelar, nanti
kalau kalah bisa untuk alasan oleh sang pelatih dengan alasan waktu terlalu
mepet, tapi hal seperti ini tidak pernah disadari oleh PSSI.
SOLUSI :
Lakukan pembinaan sejak dini, pilih para
calon pemain yang berbakat dari seluruh Indonesia usia 8-10 tahun, sebenarnya
sudah ada program ini yaitu piala Danone, hanya sayang terputus, karena dari
sekian banyak klub mestinya ada yang berbakat di posisi masing-masing, ini
harusnya di seleksi kemudian dijadikan team nasional dibina terus menerus dalam
satu wadah dengan standart Eropa.
1 4.
Tidak bisa dipungkiri bahwa postur tubuh juga
sangat berpengaruh terhadap permainan Sepak Bola terutama bertanding melawan
pemain-pemain Eropa, Entah mengapa orang2 di daratan Asia rata-rata berpostur
tubuh kurang tinggi di banding dengan orang-orang Eropa, mungkin juga faktor
Genetik atau faktor makan.
Dan tak ayal sehebat apapun teknik yang
dimiliki kalau postur tubuh pendek, pasti akan kalah dalam berebut bola, kalah
dalam jangakauan lari, kalah dalam menjankau bola baik bawah terutama bola-bola
atas, juga akan kalah dalam tenaga saat terjadi Bodycharge..
SOLUSI :
Kumpulkan pemain muda berbakat dibentuk
postur tubuhnya dari kecil, diberi makanan bergizi dan pola latihan meninggikan
badan.
5. Menyambung poin di atas bahwa dimungkinkan Postur tubuh orang Indonesia disamping faktor genetika diperparah dengan faktor nilai Gizi dari makanan yang dikonsumsi, mungkin karena unsur kultur yang sekian lama telah terkungkung dalam penjajahan, sehingga makan seadanya, tidak terkontrol masalah asupan nilai Gizi dalam tubuh.
SOLUSI :
Pemerintah menganggarkan dana khusu untuk
pemenuhan Gizi para pemain bola yang berbakat dari kecil dimasukan Camp
pelatihan yang berkesinambungan.
Mengenai mental pemain harus ditanamkan kepada para pemain agar menghormati keputusan wasit, hal seperti ini sepertinya masih belum bisa tertanam dalam para pemain apalagi kebetulan temany sedang posisi kalah jumlah gol, apabila ada keputusan wasit yang menimpa kepada team yang kalah, selalu saja memprotes dan mengedepankan emosi bahkan sampai melakukan tindakan fisik terhadap wasit.
Untuk itu seharusnya ada undang-undang kriminalitas dan hukum pidana dalam sepakbola apabila sudah melakukan tindakan fisik
Sebagai contoh wasit yang telah mengambil keputusan yang tidak bisa diterima pemain dan pemain melakukan tindak kekerasan, maka pemain tersebut harus diproses hukum kalau perlu dijebloskan ke dalam penjara.
Misal ada pemain yangmencederai pemain lawan dengan sengaja dan berakibat fatal seperti patah tulang, sehingga pemain harus istirahat total , maka ada jeratan hukum, atau sipemain yang mencederai harus menggaji pemain yang tercederai samapai bisa main bola lagi, kalau sampai tidak bisa main bola lagi harus mengganti ganti rugi untuk menunjang kehidupan pemain yang tercederai.
Indonesia memilki wilayah yang sangat luas, mestinya tidak ada alasan untuk kekurangan lahan dalam membangun infra struktur lapangan bola, sehingga sepak bola akan maju dan bisa berbicara dikancah Dunia.
Sebuah catatan :
Melihat penampilan Timnas U-19 dalam kontes perhelatan piala AFF 2016 di Vietnam, mulai saat melawan Myanmar kami perhatikan sangat mengecewakan, permainan tiada pola, tidak ada visi, tiada strategi, tidak punya karakter, lebih parah saat melawan Thailand, pamain seperti kebingungan, cara kontrol bola maupun passing-passing tidak akurat, masih lebih bagus saat ditangani pelatih Indra Safri...
Jangan menjadikan alasan bahwa persiapan mepet, dana kurang dan lain-lain untuk menutupi kehancuran ini...
Terulang saat melawan Australia, sudah unggul 1-0, sangat nampak jelas kelemahan-kelemahanya, pemain belakang tidak bisa koordinasi, semua pemain bingung saling bertumpuk, sepertinya pelatih tidak belajar dari kekalahan, permainan masih saja tidak punya visi, akhirnay kalah juga dengan skor 1-3, saat bermain dengan laos bisa unggul 3-1 apakah itu merupakan tanda kebangkitan ? belum... karena Laos secara sejarah sebenarnya levelnya masih jauh di bawah Indonesia, masih sering pemain belakang kebingungan menghalau serangan lawan.
Memang ini anak-anak masih muda, baru tahap awal, mereka masih panjang untuk bisa berkembang, namun negara lain juga masih muda, juga tahap awal tapi mereka sudah memulai menunjukan perkembangan ke arah yang benar, kalau awalnya saja sudah babak belur, bagaiman ke depanya ? padahal dalam sejarah persepak bolaan Indonesia dahulu tingkat muda sangat berprestasi tapi toh nyatanya setelah dewasa tetep aja terpuruk, apalagi ini awalnya sudah hancur-hancuran.
Hal yang tidak masuk akal kalau sekitar 250 juta penduduk tidak ada 1 teampun yang bisa dijadikan pemain sepak bola hebat, mestinya pelatih atau manager diberi tanggung jawab penuh untuk membina pamian baik dari segi teknik maupun pembentukan karkater dan juga fisik.
Bagiamana mungkin kalah level dengan Timor Leste ? dalam ajang perhelatan ini Timor Leste yang notabene baru kemarin sore, bisa masuk perebutan peringkat 3 padahal Timor Leste masih bagaikan bayi yang baru lahir, belum sampai puluhan tahun merdeka.......
Untuk Timnas Senior dalam menghadapi piala AFF bulan depan mestinya harus benar-benar digodok sampai matang, karena kami amati saat uji coba dengan Malaysia beberpa waktu lalu di stadion Manhan solo, masih terdapat beberpa kelemahan diantaranya kerjasama dan kontrol bola masih sering salah, juga koordinasi dalam proses penyerangan seperti belum padu, walaupun menang 3-0 tapi seperti hanya sebuah keberuntungan karena Gol yang tercipta bukan sebuah rangakaian serangan yag di bangun secara team, kita lihat nanti saat uji coba dengan Vietnam tanggal 9 Oktober.
Melihat permainan dengan Vietnam, sangat kelihatan lini pertahanan kurang koordinasi, kebobolan 2 goal sangat jelas, pemain belakang hanay fokus pada pergerakan bola tanpa mengantisipasi pergerakan lawan.
Tanggal 04.November petang Timnas senior yang dipersiapkan untuk piala AFF menjajal kekuatan Myanmar dan Tanggal 9 November 2016 akan dilaksanakan uji coba tandang, setelah kami amati saAt melawan Myanmar yang notabene hanya pemain Yunior, Timnas belum bisa memetik kemenangan penuh, sangat terlihat secenario serangan, dan pola permainan masih kurang greget, dengan tidak tampilnya Andik Firmansyah dan Ifan Bachdim, sepertinya serangan hanya tertumpu pada sang kapten Boaz Salosa, Zulham zamrun yang biasanya ekplosif tidak kelihatan, di lini pertahanan masih sering salah antisipasi serangan balik lawan, Babak ke dua sangat menurun draastis staminanya, ini perlu pembenahan, akan sangat keteteran saat menghadapi permainan cepat seperti Thailand apabila hal ini tidak diperbaiki, mestinya ada program atihan khusus tiap pagi lari di pegunungan sejauh 10 km, untuk meningkatkan kekuatan kaki dan berlari.
Pertandingan uji coba terakhir melawan Vietnam, sebagaimana saya prediksi sebelumnya yang akan mengalami kekalahan dan kedodoran, jelas sekali dari segi stamina Timnas sangat kalah jauh, dari pola serangan demikian, harus ada menu khusus untuk menghadapai piala AFF kalau tidak ingin dipermalukan, terlebih Indonesia berada di Group berat karena ada Thailand, tidak diragukan lagi permainan Thailand secara teknik sudah berstandart eropa, kecepatan dan kerjasamanya sangat rapi, kalau Mas Ridl tidak bisa memoles Timnas dengan cepat, maka hanya akan menjadi bulan-bulanan.
6 6.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa dalam
membentuk Team sepak bola yang solid memerlukan dana yang tidak sedikit,
falsafah jawa mengatakan JER BASUKI MOWO BEO, maksudnya apabila ingin merengkuh
kesuksesan tidak bisa terlepas dari biaya ( dana ), namun apakah sulit mencari
dana untuk Sepak Bola ? saya yakin dengan animo masyarakat tentang sepak bola
indonesia begitu mestinya akan sangat mudah mencari dana hanya saja asalkan
pengelola dana trnsparan dan tidak boleh di korupsi.
SOLUSI :
Coba kita mulai hitung berapa jumlah
penduduk di Indonesia, dan mayoritas adalah suka sepak bola, bisa dilihat saat
ada pertandingan animo masyarakat berbondong-bondong ke stadion juga yangnonotn
di layar kaca juga jutaan, seandainya dari sekian banyak pendududk Indonesia
itu masing-masing menyumbang 2.000 saja untuk sepak bola setiap bulan sudah
berapa milyar uang terkumpul setiap bulan.. belum lagi dimintakan donasi ke
perusahaan-perusahaan, ke PNS2.... hanya saja pengelolaanya harus transparan,
la wong mengumpulkan dana untu Bu saeni yg kena gusuran satpol PP saja dalam
sekejap bisa terkumpul 260 jt... ini untuk kepentingan bangsa mestinya akan
lebih meudah mengumpulkan uang bermilyar-milyar.
7.
Faktor yang tidak kalah penting yaitu mental
para pemain dan pelatih yang sepertinya tidak mempunyai semangat juang tinggi,
ini sangat kelihatan saat pertandingan di laksanakan, kadang pemain mudah
emosi, demikian juga pelatih, kalau kemasukan gol mental langsung down tidak
seolah-olah permainan sudah usai.
SOLUSI :
Harus ada pembinaan karakter dan mental bagi
para pemain maupun pelatih.
Sebenarnya saat terbentuknya timnas U-19 bentukan coach Indra Sjafri, hampir terbentuk karakter sepak bola Indonesia, namum mengapa akhirnya kandas juga ? padahal waktu itu hampir memberikan harapan besar bagi seluruh rakyat Indonesia.
Semua kembali ke mental para pemain, dan juga postur tubuh yang benar-benar tidak mendukung, bisa dilihat sangat nyata dalam setiap laga liga domestik, permainan antar klub kelihatan hidup dengan pemain-pemain asing yang memiliki postur tubuh tinggi-tinggi, sedangkan pemain lokal akan bisa sedikit hidup kalau ditopang dan di support oleh pemain-pemain asing tersebut.
Sebenarnya saat terbentuknya timnas U-19 bentukan coach Indra Sjafri, hampir terbentuk karakter sepak bola Indonesia, namum mengapa akhirnya kandas juga ? padahal waktu itu hampir memberikan harapan besar bagi seluruh rakyat Indonesia.
Semua kembali ke mental para pemain, dan juga postur tubuh yang benar-benar tidak mendukung, bisa dilihat sangat nyata dalam setiap laga liga domestik, permainan antar klub kelihatan hidup dengan pemain-pemain asing yang memiliki postur tubuh tinggi-tinggi, sedangkan pemain lokal akan bisa sedikit hidup kalau ditopang dan di support oleh pemain-pemain asing tersebut.
Mengenai mental pemain harus ditanamkan kepada para pemain agar menghormati keputusan wasit, hal seperti ini sepertinya masih belum bisa tertanam dalam para pemain apalagi kebetulan temany sedang posisi kalah jumlah gol, apabila ada keputusan wasit yang menimpa kepada team yang kalah, selalu saja memprotes dan mengedepankan emosi bahkan sampai melakukan tindakan fisik terhadap wasit.
Untuk itu seharusnya ada undang-undang kriminalitas dan hukum pidana dalam sepakbola apabila sudah melakukan tindakan fisik
Sebagai contoh wasit yang telah mengambil keputusan yang tidak bisa diterima pemain dan pemain melakukan tindak kekerasan, maka pemain tersebut harus diproses hukum kalau perlu dijebloskan ke dalam penjara.
Misal ada pemain yangmencederai pemain lawan dengan sengaja dan berakibat fatal seperti patah tulang, sehingga pemain harus istirahat total , maka ada jeratan hukum, atau sipemain yang mencederai harus menggaji pemain yang tercederai samapai bisa main bola lagi, kalau sampai tidak bisa main bola lagi harus mengganti ganti rugi untuk menunjang kehidupan pemain yang tercederai.
Indonesia memilki wilayah yang sangat luas, mestinya tidak ada alasan untuk kekurangan lahan dalam membangun infra struktur lapangan bola, sehingga sepak bola akan maju dan bisa berbicara dikancah Dunia.
Sebuah catatan :
Melihat penampilan Timnas U-19 dalam kontes perhelatan piala AFF 2016 di Vietnam, mulai saat melawan Myanmar kami perhatikan sangat mengecewakan, permainan tiada pola, tidak ada visi, tiada strategi, tidak punya karakter, lebih parah saat melawan Thailand, pamain seperti kebingungan, cara kontrol bola maupun passing-passing tidak akurat, masih lebih bagus saat ditangani pelatih Indra Safri...
Jangan menjadikan alasan bahwa persiapan mepet, dana kurang dan lain-lain untuk menutupi kehancuran ini...
Terulang saat melawan Australia, sudah unggul 1-0, sangat nampak jelas kelemahan-kelemahanya, pemain belakang tidak bisa koordinasi, semua pemain bingung saling bertumpuk, sepertinya pelatih tidak belajar dari kekalahan, permainan masih saja tidak punya visi, akhirnay kalah juga dengan skor 1-3, saat bermain dengan laos bisa unggul 3-1 apakah itu merupakan tanda kebangkitan ? belum... karena Laos secara sejarah sebenarnya levelnya masih jauh di bawah Indonesia, masih sering pemain belakang kebingungan menghalau serangan lawan.
Memang ini anak-anak masih muda, baru tahap awal, mereka masih panjang untuk bisa berkembang, namun negara lain juga masih muda, juga tahap awal tapi mereka sudah memulai menunjukan perkembangan ke arah yang benar, kalau awalnya saja sudah babak belur, bagaiman ke depanya ? padahal dalam sejarah persepak bolaan Indonesia dahulu tingkat muda sangat berprestasi tapi toh nyatanya setelah dewasa tetep aja terpuruk, apalagi ini awalnya sudah hancur-hancuran.
Hal yang tidak masuk akal kalau sekitar 250 juta penduduk tidak ada 1 teampun yang bisa dijadikan pemain sepak bola hebat, mestinya pelatih atau manager diberi tanggung jawab penuh untuk membina pamian baik dari segi teknik maupun pembentukan karkater dan juga fisik.
Bagiamana mungkin kalah level dengan Timor Leste ? dalam ajang perhelatan ini Timor Leste yang notabene baru kemarin sore, bisa masuk perebutan peringkat 3 padahal Timor Leste masih bagaikan bayi yang baru lahir, belum sampai puluhan tahun merdeka.......
Untuk Timnas Senior dalam menghadapi piala AFF bulan depan mestinya harus benar-benar digodok sampai matang, karena kami amati saat uji coba dengan Malaysia beberpa waktu lalu di stadion Manhan solo, masih terdapat beberpa kelemahan diantaranya kerjasama dan kontrol bola masih sering salah, juga koordinasi dalam proses penyerangan seperti belum padu, walaupun menang 3-0 tapi seperti hanya sebuah keberuntungan karena Gol yang tercipta bukan sebuah rangakaian serangan yag di bangun secara team, kita lihat nanti saat uji coba dengan Vietnam tanggal 9 Oktober.
Melihat permainan dengan Vietnam, sangat kelihatan lini pertahanan kurang koordinasi, kebobolan 2 goal sangat jelas, pemain belakang hanay fokus pada pergerakan bola tanpa mengantisipasi pergerakan lawan.
Tanggal 04.November petang Timnas senior yang dipersiapkan untuk piala AFF menjajal kekuatan Myanmar dan Tanggal 9 November 2016 akan dilaksanakan uji coba tandang, setelah kami amati saAt melawan Myanmar yang notabene hanya pemain Yunior, Timnas belum bisa memetik kemenangan penuh, sangat terlihat secenario serangan, dan pola permainan masih kurang greget, dengan tidak tampilnya Andik Firmansyah dan Ifan Bachdim, sepertinya serangan hanya tertumpu pada sang kapten Boaz Salosa, Zulham zamrun yang biasanya ekplosif tidak kelihatan, di lini pertahanan masih sering salah antisipasi serangan balik lawan, Babak ke dua sangat menurun draastis staminanya, ini perlu pembenahan, akan sangat keteteran saat menghadapi permainan cepat seperti Thailand apabila hal ini tidak diperbaiki, mestinya ada program atihan khusus tiap pagi lari di pegunungan sejauh 10 km, untuk meningkatkan kekuatan kaki dan berlari.
Pertandingan uji coba terakhir melawan Vietnam, sebagaimana saya prediksi sebelumnya yang akan mengalami kekalahan dan kedodoran, jelas sekali dari segi stamina Timnas sangat kalah jauh, dari pola serangan demikian, harus ada menu khusus untuk menghadapai piala AFF kalau tidak ingin dipermalukan, terlebih Indonesia berada di Group berat karena ada Thailand, tidak diragukan lagi permainan Thailand secara teknik sudah berstandart eropa, kecepatan dan kerjasamanya sangat rapi, kalau Mas Ridl tidak bisa memoles Timnas dengan cepat, maka hanya akan menjadi bulan-bulanan.