Ada pertanyaan teman begini :
Mengapa dan bagaimana asal-usulnya kok orang tua zaman dahulu melarang anak-anaknya agar tidak makan brutu ( daging ekor ayam )? juga mengapa saat menjelang magrib tidak boleh duduk-duduk di tengah pintu, karena akan disambar setan?
Memang orang jawa terutama, zaman dahulu membuat istulah-istilah dalam mendidik anak-anaknya dengan gambaran-gambaran yang mudah dipahami, misalnya tidak boleh makan sambil berdiri, kalau makan harus dihabiskan katena kalau tidak habis maka ayamnya akan mati,dll
Nah dari itu semua ternyata bisa dijelaskan sebagai berikut:
Brutu itu mengandung lemak, sehingga rasanya gurih, dan itu kesukaan bapaknya, sehingga untuk anak-anak biar ga ketagihan dan sehingga bapaknya ga kebagian maka ditakut-takuti biar tidak mau makan brutu dan si anak akhirnya takut jadi bodoh karena pelupa, trus ga boleh duduk di tengah pintu , karena waktu magrib itu biasa untuk berkemas memasukan barang-baranh seperti sepeda, pakaian yg habis dijemur, jadi klo duduk-duduk di tengah pintu menghalangi dan mengganggu mobilitas, biar anak tidak mengganggu maka ditakut-takuti di sambar setan , karena memang menurut dalil bahwa setan itu berkeliaran menjelang magrib, tapi klo sekarang setan sudah pada takut, karena takut dibikin bakso , soale aku pernah lewat di bantul di pinggir jalan ada warung bakso dengan tulisan "BAKSO SETAN "
kemudian agar kalau makan harus dihabiskan agar ayamnya tudak mati, tujuanya biar anak tidak memudzirkan makanan yang kala itu memang susah untuk mendapatkan makanan, karena memang anak-anak mada itu senang pelihara ayam, sehingga ada rasa sayang terhadap hewan peliharaanya sehingga sang anak tidak mau kehilangan binatang kesayanganya.
SILAHKAN BUKA DAN TONTIN VIDEO INI : INOVASI DAN REKAYASA AYAM KAMPONG
dan masih banyak lagi mitos-mitos untuk pelajaran kebaikan yang mungkin di era moderen ini sudah tidak ada lagi.
Memang untuk membentuk karakter anak itu bisa melalui jalur pendidikan formal maupun non formal, dan tentunya semua itu untuk tujuan baik disamping agar anak memilki moral dan etika tapi juga bisa bersikap dengan pola pikir yg cerdas, memang hasil pendidikan non formal tidak disimbulkan dengan ijazah sebagai bukti kelulusan , tapi untuk pendidikan formal simbul tertulis di atas kertas yang disebut ijazah itu sangat penting sebagai sebuah legalitas, nah silahkan buka dan baca artikel ini :
BERALIH KE MATERI POLA PIKUR :
Saat kita hanya memiliki satu cara berpikir, satu keterampilan, atau satu pendekatan, kita cenderung memandang semua masalah dengan perspektif yang sempit. Ini seperti orang yang hanya punya palu—apa pun yang ia temui, selalu dianggap perlu dipukul. Mark Twain dengan cerdik mengingatkan bahwa keterbatasan alat atau pola pikir akan membatasi cara kita memahami dan menghadapi dunia.
Dalam kehidupan nyata, banyak tantangan yang membutuhkan solusi yang beragam dan fleksibel. Tidak semua masalah harus dihadapi dengan cara yang sama. Terkadang kita perlu berpikir kreatif, kadang kita harus bersabar, kadang pula harus berani mengambil tindakan cepat. Semakin banyak “alat” yang kita miliki—baik itu keterampilan, pengetahuan, atau sudut pandang—semakin efektif kita menghadapi berbagai situasi.
Belajar memperkaya cara berpikir itu penting agar kita tidak terjebak dalam kebiasaan lama yang tidak selalu relevan. Dunia berubah, tantangan baru muncul, dan kemampuan kita untuk menyesuaikan diri akan menentukan sejauh mana kita bisa bertumbuh. Jadi, jangan hanya mengandalkan satu palu—kembangkan kotak alat hidupmu.
#ijazah
#pendidikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Buka terus info, ambil artikel bermanfaat,sebarkan ke semua orang,
Untuk mencari artikel yang lain, masuk ke versi web di bawah artikel, ketik judul yang dicari pada kolom "Cari Blog di sini " lalu enter