ANALISA MENGAPA PAK PRABOWO-GIBRAN BISA MENANG TELAK QUICK COUNT PEMILU 2024 ?
Pesta Demokrasi pemilihan umum 2024 sudah selesai proses pencoblosan pada tanggal 14 Februari 2024, sebagai mana kita ketahui dari hasil perhitungan Quick Count pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 yaitu Prabowo Subiyanto – Gibran Rakabuming , mampu mengungguli rival-rivalnya dengan torehan prosentase cukup meyakinkan dikisan 58 % kemudian disusul pasangan calon nomor urut 01 yaitu Anis Bawesdan – Muhaimin dengan perolehan dikisaran 25 % sedangkan pasangan nomor urut 03 yaitu Ganjar Pranowo – Mahfud M.D memperoleh 17 % suara, meskipun hasil ini bukanlah acuan mutlak sebagi ahsil pilpres akan tetapi bisa merupakan gambaran awal, adapun hasil sesunguhnya tetap kan berdasarkan hitung manual dari KPU.
Mengapa perolehan suara pasangan calon nomor urut 02 begitu dominan ?
Analisa ini hanya sebuah kemungkinan, jadi mohon maaf untuk tidak dimasukan hati dan jangan tersinggung.
Menyoroti pasangan Anis Baswedan dengan Muhaimin Iskandar dengan nomor urut 01:
Awalnya pasangan nomor urut 01 ini sangat optimis bisa merebut suara dari umat Islam, karena merasa didukung oleh beberpa tokoh muslim dari golongan Nahdatul Ulama yang brafiliasi dengan Muhaimin Iskandar sebagai ketua PKB,walaupun akar rumput warga NU belum tentu semua mendukungnya,namaun mengapa perolehan suara hanya dikisaran 25 % ? padahal saat kampanye sepertinya yang dating sangat banyak ? sepertinya ada yang kurang tepat saat mencoba merebut hati para pemilih yaitu sebuah kalaimat yang dilontarkan oleh partai pengususng “tentang kata KUFUR bagi yang tidak memilih pasangan Anis-Amin “ tentu saja anggapan masyarakat kata KUFUR itu yang berhubungan dengan Allah, jadi akhirnya para pendukungnya jadi ragu untuk memilih, belum lagi Anis Baswedan dianggap oleh para calon pemilih tidak memilki prestasi saat memimpin jadi gubernur DKI.
Juga disaat debat presiden sangat mencolok cara menjatuhkan Paslon 02 yang kurang elok.
Menyoroti pasangan Prabowo-Gibran paslon nomor urut 02 :
Gambaran kemenanngan sementara bisa dikatakan didasari oleh jiwa kebangsaan Prabowo Subianto, dimana sudah 2 kali ikut pemilu mencalonkan diri sebagai Presiden dan gagal, akan tetapi tidak pernah patah semangat, dan ada sebuah nilai dimana saat kalah yang ke dua kalinya dirangkul oleh Presiden terpilih Ir.joko Widodo untuk dijadikan menteri Pertahanan,dan Prabowo Subiyanto benar-benar bisa menempatkan dirinya, dengan kondisi seperti ini tidak menutup kemungkinan terjalinya komunikasi dua arah antar Presiden dan menteri pertahanan, dan transfer strategi untuk langkah ke depan bilamana Prabowo Subiyanto mencalonkan diri menjadi Presiden karena Joko Widodo sudah 2 periode.
Namun dengan kedekatanya kepada presiden, membuat curiga dan kekuatiran bagi para lawan capres dan cawapres lain, lebih-lebih dengan dirangkulnya Gibran Rakabuming yang merupakan walikota Surakarta ( Solo ) Jawa Tengah dan sebagai putra sulung dari Presiden Republik Indonesia Ir.Joko Widodo,yang sedang berkuasa ditambah disahkanya oleh MK tentang batasan umur Calon Presiden dan calon wakil presiden yang sebelumnya minimal harus 40 tahun namun dijadikan 35 tahun, dan seperti ini yang menjadikan dianggap cacat oleh para lawan politik, sehingga menimbulkan protes dan mengasumsikan bahwa Joko Widodo memilki ambisi pribadi membentuk pemerintahan berdasarkan dinasti,walaupun kalau dilihat kinerja Gibran Rakabuming di Solo memang cukup bagus.
Namun apabila ditengok dari perolehan suara sementara yang cukup tinggi sepertinya rakyat tidak memperdulikan tentang umur, karena tahunya masyarakat adalah hasil kerja yang nyata,menurut analisa kami, perolehan suara pasangan calon nomor urut 2 adalah berasal dari suara pemilih Prabowo yang masih banyak setia mendukung dari proses pemilu sebelumnya walaupun mungkin ada beberapa yang beralih memberi dukungan ke pasangan nomor urut 1 Anis Baswedan dengan Muhaimin Iskandar.
Yang patut menjadi catatan adalah dengan pendekatan Ir.Joko Widodo dengan Prabowo Subiyanto adalah bisa menghindarkan perpecahan dua kubu pendukung, yang dulunya terbentuk kubu dengan istilah cebong dan kampret, bisa melebur inilah yang sangat penting karena dengan hilangnya sentimen tersebut menjadikan masyarakat netizen menjadi tenang tidak salaing membuli.
Dalam proses debat presiden Prabowo Subiyanto sudah bisa berubah tidak seperti sebelum-sebelumnya yang terbawa emosi, disaat diserang, disudutkan hanya diam, meskipun kadang memberikan jawaban yang tidak nyambung ( mungkin ini disengaja ).
Menyoroti pasangan Ganjar Pranowo – Mahfud MD dengan nomor urut 03:
Pasangan ini sebelum dilaksanakan pemilu sangat optimis dengan yakin seyakinnya akan memenangkan perolehan suara terbanyak bahkan sangat yakin akan memenangkan satu putaran, karena didukung oleh parti besar PDI Perjuangan yang di ketua oleh Megawati, namun setelah dilakukan pencoblosan dan dilakukan hitung cepat mengapa justru sangat terpuruk hanya mendapatkan suara 17 % ?
Kalau boleh kami analisa sebenarnya memang banyak faktor yang menentukan kegagalan pasangan ini, yang justru sebenarnya terjadi blunder dari jauh-jauh hari sebelum dilakukan pemilihan umum, diantaranya ,dalam statemen-statemen bahwa PDIP merupakan partai besar tidak membutuhkan dukungan dari pihak manapun, sebuah statemen pak Joko Widodo tanpa PDIP bukanlah apa-apa ( padahal posisi sudah Presiden ) tentu saja kalimat ini sangat menyakitkan bagi pak Joko Widodo meskipun tidak diungkapkan hanya diekspresikan dengan senyum masem saat mendengar kalimat tersebut, selanjutnya sebuah kata-kata : jangan sampai punya menantu tukang bakso, tentu saja rakyat kecil mendengar kalimat tersebut ada rasa sakit hati diremehkan, ditambah lagi sindiran ke ibu-ibu pengajian, kemudian paling heboh adalah sebuah gagalnya penyenggaraan piala dunia sepak bola U-20, yang mungkin tujuan awalnya ingin merebut simpati masyarakat Muslim, namunternyata itu sebuah blunder dan membaut masyarakt sepak bola sangat kecewa, para pelaku UMKM juga sudah mengeluarkan biaya banyak,panitia penyelenggara sudah kerja keras siang malam,pemerintah juga sudah mengeluarkan dana cukup besar demi suksesnya acara tersebut, tidak hanya smapai disitu, blunder yang dilakukan seperti saat debat presiden sangat mencolok sekali menyerang paslon nomor urut 02, belum lagi para orator saat kampanye sebuah kata-kata yang tidak elok dilontarkan seperti kejadian kampanye terbuka di Banyuwangi, kemudian ada orator yang mengucapkan kata-kata “Kalau pak Ganjar jadi Presiden, Joko Widodo mau diapakan terserah pak Ganjar “ mungkin masyarakat menilai kalimat ini tidak elok dan seolah-olah bernada intimidasi.
Kita juga lihat dimas media sebuah kejadian unik disaat kamapnye terbuka, disaat orator menyebutkan pilihan “ Ganjar –Mahfud “ justru banyak yang mengucapkan “ Prabowo “
Dari analisa tersebut di atas kalau boleh kami tarik kesimpulann adalah :
1. Paslon nomor urut 02 ibarat pepatah jawa “ menang tanpo ngasorake, ngluruk tanpo bolo”
2. Kesombongan itu bisa mencelakakan diri sendiri.
Meskipun hasil belum final karena tetap yang sah adalah hasil perhitungan manual dari KPU, tentu saja hasil Quick Count sedikit bisa memberikan gambaran, dan tentu saja bagi pihak yang kalah pasti akan belum bisa menerima dan mencari celah untuk mencoba menggagalkan kemenangan paslon yang menang entah apa dan bagimanpun caranya walaupun sebanarnya proses demokrasi sudah berjalan lancer dan aman, namun apabila ditengok dari bebeberpa pencoblosan yang harus di ulang tetap saja paslon nomor urut 02 selalu memenangkan suara bahkan malah semakin mutlak yang dulunya dimenangkan paslon lain justru bisa berbalik dimenangkan paslon nomor urut 02.
Sambil kita tunggu hasil resmi dari KPU mari kita tetap jaga kerukunan dan persatuan bangsa siapapun yang memenangkan berarti memenag merupakan pilihan rakyat dan ketentuan Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Buka terus info, ambil artikel bermanfaat,sebarkan ke semua orang,
Untuk mencari artikel yang lain, masuk ke versi web di bawah artikel, ketik judul yang dicari pada kolom "Cari Blog di sini " lalu enter