SOLUSI : IDUL FITRI BERBEDA ? PADAHAL TUHANYA SAMA, NABINYA SAMA KITABNYA SAMA

SOLUSI : IDUL FITRI BERBEDA ? PADAHAL TUHANYA SAMA, NABINYA SAMA KITABNYA SAMA

Ada dalil yang menyatakan haram hukumnya berpuasa Ramadhan apabila sudah tanggal 1 Syawal, dan ada juga dalil membatalkan puasa dengan sengaja padahal masih dalam bulan Ramadhan tanpa udzur , maka berdosa, terus kemudian bagaimana apabila terjadi perbedaan seperti yang terjadi tahun 2023 atau 1444 H ini dimana ormas Muhammadiyah menetapkan 1 syawal jatuh pada hari Jum’at 21 April 2023 dan pemerintah menetapkan hari Sabtu 22 April 2023, dengan adanya perbedaan waktu solat Idul Fitri ini sempat menjadi polemic bagi masyarakat, bahkan ada beberapa tempat yang tidak memberi ijin kepada Muhammadiyah melaksanakan solat Id di lapangan setempat, tentu saja ini menjadikan tidak nyaman bagi warga Muhammadiyah.

Mengapa bisa terjadi perbedaan penentuan tanggal 1 syawal ? bukankah tanggal 1 itu sebenarnya hanya 1 hari ? dengan kejadian Idul Fitri 2023 seoalah ada 2 hari tanggal 1 , nah ternyata adanya perbedaan karena metode cara penentuanya, kalau ormas Muhammadiyah menggunakan metode Hisab atau istilahnya dengan hitung-hitungan, sedangakan pemerintah dan NU serta ormas lainya menggunakan metode hisab dan ru’yatul hilal, makanya karena berdasarkan perhitungan Muhammadiyah sudah memastikan jatuh tanggal 1 Syawal jauh-jauh hari sebelumnya sedangakan dengan system ru’yat pemerintah dalam penentuanya harus benar-benar sudah melihat bulan terbit.

Kemudian mana yang benar ? semua memiliki dalil, namun mestinya kalau semua benar tidak akan terjadi perbedaan, apabila terjadi perbedaan berarti salah satu ada yang salah , entah pemerintah atau Muhammadiyah.

Sebenarnya perbedaan penentuan tanggal 1 syawal tidak hanya di Indonesia, di Negara-negara lain juga ada perbedaaan namun tidak dalam satu Negara, berbeda antara Negara satu dengan yang lainya, namun keputusan pemerintahnyalah yang digunakan untuk patokan oleh warganya, terus bagaimana dengan Indonesia ?

Ada yang berdalih bahwa di Arab sudah tanggal 1 Syawal, maka di Indonesiapun demikian, jadi menggunakan patokan dari Negara Arab, sebenarnya pendapat ini kurang tepat juga, karena bulan itu awal muncul dari barat, karena begitu muncul langsung turun dan tenggelam lagi, jadi bisa jadi di Arab sudah muncul akan tetapi di Indonesia belum kelihatan, padahal penentuan tanggal untuk Hijriah itu patokanya munculnya bulan atau Hilal, nah untuk mengatasi perdebatan- perdebatan ini kita tentunya sebagai umat Islam yang memiliki Tuhan sama yaitu Alloh, memiliki Rosul atau nabi juga sama yaitu Muhammad, juga memiliki pedoman kitab kita adalah Al Qur’an dan Al Hadist , jadi kita harus kembalikan bagaimana perintah Alloh dalam Al Qur’an dan bagaimana yang dicontohkan oleh Rosulullohndalam Al Hadist, jangan sampai proses penentuan ibadah karena sebuah pemahaman yang salah menjadi Bid’ah, karena Rosululloh berpesan dala Al Hadist yang artinya : takutlah barunya perkara, apa-apa yang tidak ada dalam contohku ( nabi ) adalah bid’ah, bid’ah itu sesat dan yang sesat masuk neraka, nah tentunya juga dalam penentuan 1 Syawal termasuk ibadah karena bersangkutan dengan puasa wajib, maka jangan sampai terjadi bid’ah.

Untuk hal tersebut maka berikut jalan keluar yang mungkin bisa dipertimbangkan :

1.       Semua ulama baik dari NU, Muhammadiyah dan yang mewakili dari golongan-golongan lain, sama-sama mengaji , membuka Al Qur’an dan Al hadist dikaji bareng kemudian berdiskusi untuk menentukan metode yang tepat.

2.       Dilakukan ru’yat setiap bulan oleh tim khusus perwakilan dari semua golongan yang dianggap memiliki kemampuan.

3.       Dibuat kesepakatan berdasarkan musyawarah dan mufakat, kalau sudah ditentukan hasil dalam muasyawaroh semua harus tunduk dan mengikuti tidak boleh saling menyalahkan dan membuat gaduh.

Dengan cara tersebut di atas insya Alloh kebenaran tentang ibadah akan terlaksana dan semua umat Islam di Indonesia terasa damai.

Semoga Alloh me beri  hidayah kepada seluruh umat Islam di Indonesia.